tag:blogger.com,1999:blog-67805772556230448312024-03-13T07:53:30.160+08:00>>>>>>>>>> Strategi Pengembangan dan Promosi Wisata Sulawesi SelatanVISIT SOUTH SULAWESI TOURISM 2012.Ramba' Sa'dan AMUJAZhttp://www.blogger.com/profile/02270614391967266465noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-6780577255623044831.post-55377452324584095732012-04-01T21:05:00.002+08:002012-04-07T10:10:27.115+08:00BUDAYA dan ADAT TORAJA<br />
<h3 class="post-title entry-title" style="background-color: #fcfcfc; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 20px; position: relative;">
</h3>
<h2>
<span style="font-size: small;">KEBUDAYAAN SUKU TORAJA</span></h2>
Masyarakat dan Kebudayaan "Suku Toraja"<br />
<br />
<b>Sejarah Suku Toraja</b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4841410977858847421&postID=815028081123333066">Sulawesi Selatan</a>,<a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4841410977858847421&postID=815028081123333066">Indonesia</a>. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih tinggal di <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4841410977858847421&postID=815028081123333066">Kabupaten Tana Toraja</a>, <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4841410977858847421&postID=815028081123333066">Kabupaten Toraja Utara</a>, dan <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4841410977858847421&postID=815028081123333066">Kabupaten Mamasa</a>. Mayoritas suku Toraja memeluk agama <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4841410977858847421&postID=815028081123333066">Kristen</a>, sementara sebagian menganut <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4841410977858847421&postID=815028081123333066">Islam</a> dan kepercayaan <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4841410977858847421&postID=815028081123333066">animisme</a> yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari <a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=4841410977858847421&postID=815028081123333066">Agama Hindu Dharma</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-E_4N1AaWA-Y/Tc4B-gKCr8I/AAAAAAAAAD8/5MLBEqRbm04/s1600/toraja.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://www.blogger.com/%3Cimg%20class=%22expando%22%20border=%220%22%20src=%22http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6780577255623044831#editor/target=post;postID=5537745232458409573" width="75" height="75">">Ma' Badong</a></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja#cite_note-Volkman1990-1"></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Kata toraja berasal dari bahasa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bugis">Bugis</a>, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda">Pemerintah kolonial Belanda</a> menamai suku ini Toraja pada tahun 1909.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja#cite_note-Nooy-Palm1975-2"></a> Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tongkonan">tongkonan</a> dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Belanda">Belanda</a>datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_Indonesia">pariwisata Indonesia</a>. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja#cite_note-Adams1990-3"></a> Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata">pariwisata</a> yang terus meningkat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<b>Identitas etnis</b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Suku Toraja memiliki sedikit gagasan secara jelas mengenai diri mereka sebagai sebuah kelompok etnis sebelum abad ke-20. Sebelum <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda">penjajahan Belanda</a> dan masa pengkristenan, suku Toraja, yang tinggal di daerah dataran tinggi, dikenali berdasarkan desa mereka, dan tidak beranggapan sebagai kelompok yang sama. Meskipun ritual-ritual menciptakan hubungan di antara desa-desa, ada banyak keragaman dalam dialek, hierarki sosial, dan berbagai praktik ritual di kawasan dataran tinggi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi">Sulawesi</a>. "Toraja" (dari bahasa pesisir ke, yang berarti orang, dan Riaja, dataran tinggi) pertama kali digunakan sebagai sebutan penduduk dataran rendah untuk penduduk dataran tinggi. Akibatnya, pada awalnya "Toraja" lebih banyak memiliki hubungan perdagangan dengan orang luar—seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Bugis">suku Bugis</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Makassar">suku Makassar</a>, yang menghuni sebagian besar dataran rendah di Sulawesi—daripada dengan sesama suku di dataran tinggi. Kehadiran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Misionaris">misionaris</a> Belanda di dataran tinggi Toraja memunculkan kesadaran etnis Toraja di wilayah Sa'dan Toraja, dan identitas bersama ini tumbuh dengan bangkitnya pariwisata di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tana_Toraja">Tana Toraja</a>. Sejak itu, Sulawesi Selatan memiliki empat kelompok etnis utama—suku Bugis (kaum mayoritas, meliputi pembuat kapal dan pelaut), suku Makassar (pedagang dan pelaut), <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandar">suku Mandar</a> (pedagang dan nelayan), dan suku Toraja (petani di dataran tinggi).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<b>Sejarah</b><br />
<br />
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-dncVAgJBVVA/Tc4AkennA2I/AAAAAAAAAD4/8a0O6vEyN-g/s1600/220px-Locator_of_toraja.png"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-dncVAgJBVVA/Tc4AkennA2I/AAAAAAAAAD4/8a0O6vEyN-g/s1600/220px-Locator_of_toraja.png" /></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teluk_Tonkin">Teluk Tonkin</a>, terletak antara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vietnam">Vietnam</a> utara dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cina">Cina</a> selatan, dipercaya sebagai tempat asal suku Toraja. Telah terjadi akulturasi panjang antara ras Melayu di Sulawesi dengan imigran Cina. Awalnya, imigran tersebut tinggal di wilayah pantai Sulawesi, namun akhirnya pindah ke dataran tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak abad ke-17, Belanda mulai menancapkan kekuasaan perdagangan dan politik di Sulawesi melalui <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Vereenigde_Oost-Indische_Compagnie">Vereenigde Oost-Indische Compagnie</a> (VOC). Selama dua abad, mereka mengacuhkan wilayah dataran tinggi Sulawesi tengah (tempat suku Toraja tinggal) karena sulit dicapai dan hanya memiliki sedikit lahan yang produktif. Pada akhir abad ke-19, Belanda mulai khawatir terhadap pesatnya penyebaran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a> di Sulawesi selatan, terutama di antara suku Makassar dan Bugis. Belanda melihat suku Toraja yang menganut animisme sebagai target yang potensial untuk dikristenkan. Pada tahun 1920-an, misi penyebaran agama Kristen mulai dijalankan dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda.Selain menyebarkan agama, Belanda juga menghapuskan perbudakan dan menerapkan pajak daerah. Sebuah garis digambarkan di sekitar wilayah Sa'dan dan disebut Tana Toraja. Tana Toraja awalnya merupakan subdivisi dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Luwu">kerajaan Luwu</a> yang mengklaim wilayah tersebut Pada tahun 1946, Belanda memberikan Tana Toraja status regentschap, dan Indonesia mengakuinya sebagai suatu kabupaten pada tahun 1957.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Misionaris Belanda yang baru datang mendapat perlawanan kuat dari suku Toraja karena penghapusan jalur perdagangan yang menguntungkan Toraja.Beberapa orang Toraja telah dipindahkan ke dataran rendah secara paksa oleh Belanda agar lebih mudah diatur. Pajak ditetapkan pada tingkat yang tinggi, dengan tujuan untuk menggerogoti kekayaan para elit masyarakat. Meskipun demikian, usaha-usaha Belanda tersebut tidak merusak budaya Toraja, dan hanya sedikit orang Toraja yang saat itu menjadi Kristen. Pada tahun 1950, hanya 10% orang Toraja yang berubah agama menjadi Kristen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penduduk Muslim di dataran rendah menyerang Toraja pada tahun 1930-an. Akibatnya, banyak orang Toraja yang ingin beraliansi dengan Belanda berpindah ke agama Kristen untuk mendapatkan perlindungan politik, dan agar dapat membentuk gerakan perlawanan terhadap orang-orang Bugis dan Makassar yang beragama Islam. Antara tahun 1951 dan 1965 setelah kemerdekaan Indonesia, Sulawesi Selatan mengalami kekacauan akibat pemberontakan yang dilancarkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Darul_Islam">Darul Islam</a>, yang bertujuan untuk mendirikan sebuah negara Islam di Sulawesi. Perang gerilya yang berlangsung selama 15 tahun tersebut turut menyebabkan semakin banyak orang Toraja berpindah ke agama Kristen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1965, sebuah dekret presiden mengharuskan seluruh penduduk Indonesia untuk menganut salah satu dari lima agama yang diakui: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam">Islam</a>, Kristen <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Protestan">Protestan</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katolik">Katolik</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindu">Hindu</a>dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Buddha">Buddha</a>. Kepercayaan asli Toraja (aluk) tidak diakui secara hukum, dan suku Toraja berupaya menentang dekret tersebut. Untuk membuat aluk sesuai dengan hukum, ia harus diterima sebagai bagian dari salah satu agama resmi. Pada tahun 1969, Aluk To Dolodilegalkan sebagai bagian dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu_Dharma">Agama Hindu Dharma</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b>Masyarakat</b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b><i>1. Keluarga</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Keluarga adalah kelompok sosial dan politik utama dalam suku Toraja. Setiap desa adalah suatu keluarga besar. Setiap tongkonan memiliki nama yang dijadikan sebagai nama desa. Keluarga ikut memelihara persatuan desa. Pernikahan dengan sepupu jauh (sepupu keempat dan seterusnya) adalah praktek umum yang memperkuat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_kekerabatan">hubungan kekerabatan</a>.Suku Toraja melarang pernikahan dengan sepupu dekat (sampai dengan sepupu ketiga) kecuali untuk bangsawan, untuk mencegah penyebaran harta. Hubungan kekerabatan berlangsung secara timbal balik, dalam artian bahwa keluarga besar saling menolong dalam pertanian, berbagi dalam ritual kerbau, dan saling membayarkan hutang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-faab0eibzkc/Tc4DUFNTd6I/AAAAAAAAAEA/YLjk4sz8D2E/s1600/toraja.jpg"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-faab0eibzkc/Tc4DUFNTd6I/AAAAAAAAAEA/YLjk4sz8D2E/s320/toraja.jpg" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setiap orang menjadi anggota dari keluarga ibu dan ayahnya. Anak, dengan demikian, mewarisi berbagai hal dari ibu dan ayahnya, termasuk tanah dan bahkan utang keluarga. Nama anak diberikan atas dasar kekerabatan, dan biasanya dipilih berdasarkan nama kerabat yang telah meninggal. Nama bibi, paman dan sepupu yang biasanya disebut atas nama ibu, ayah dan saudara kandung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum adanya pemerintahan resmi oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tana_Toraja">pemerintah kabupaten Tana Toraja</a>, masing-masing desa melakukan pemerintahannya sendiri. Dalam situasi tertentu, ketika satu keluarga Toraja tidak bisa menangani masalah mereka sendiri, beberapa desabiasanya membentuk kelompok; kadang-kadang, bebrapa desa akan bersatu melawan desa-desa lain Hubungan antara keluarga diungkapkan melalui darah, perkawinan, dan berbagi rumah leluhur (tongkonan), secara praktis ditandai oleh pertukaran kerbau dan babi dalam ritual. Pertukaran tersebut tidak hanya membangun hubungan politik dan budaya antar keluarga tetapi juga menempatkan masing-masing orang dalam hierarki sosial: siapa yang menuangkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuak">tuak</a>, siapa yang membungkus mayat dan menyiapkan persembahan, tempat setiap orang boleh atau tidak boleh duduk, piring apa yang harus digunakan atau dihindari, dan bahkan potongan daging yang diperbolehkan untuk masing-masing orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<i><b>2. Kelas Sosial</b></i><br />
<div style="text-align: justify;">
Dalam masyarakat Toraja awal, hubungan keluarga bertalian dekat dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelas_sosial">kelas sosial</a>. Ada tiga tingkatan kelas sosial: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsawan">bangsawan</a>, orang biasa, dan budak (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perbudakan">perbudakan</a> dihapuskan pada tahun 1909 oleh pemerintah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hindia_Belanda">Hindia Belanda</a>). Kelas sosial diturunkan melalui ibu. Tidak diperbolehkan untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih rendah tetapi diizinkan untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih tingi, ini bertujuan untuk meningkatkan status pada keturunan berikutnya. Sikap merendahkan dari Bangsawan terhadap rakyat jelata masih dipertahankan hingga saat ini karena alasan martabat keluarga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum bangsawan, yang dipercaya sebagai keturunan dari surga,tinggal di tongkonan, sementara rakyat jelata tinggal di rumah yang lebih sederhana (pondok bambu yang disebutbanua). Budak tinggal di gubuk kecil yang dibangun di dekat tongkonan milik tuan mereka. Rakyat jelata boleh menikahi siapa saja tetapi para bangsawan biasanya melakukan pernikahan dalam keluarga untuk menjaga kemurnian status mereka. Rakyat biasa dan budak dilarang mengadakan perayaan kematian. Meskipun didasarkan pada kekerabatan dan status keturunan, ada juga beberapa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gerak_sosial">gerak sosial</a> yang dapat memengaruhi status seseorang, seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan">pernikahan</a> atau perubahan jumlah kekayaan. Kekayaan dihitung berdasarkan jumlah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerbau">kerbau</a> yang dimiliki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Budak dalam masyarakat Toraja merupakan properti milik keluarga. Kadang-kadang orang Toraja menjadi budak karena terjerat utang dan membayarnya dengan cara menjadi budak. Budak bisa dibawa saat perang, dan perdagangan budak umum dilakukan. Budak bisa membeli kebebasan mereka, tetapi anak-anak mereka tetap mewarisi status budak. Budak tidak diperbolehkan memakai perunggu atau emas, makan dari piring yang sama dengan tuan mereka, atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Persetubuhan">berhubungan seksual</a> dengan perempuan merdeka. Hukuman bagi pelanggaran tersebut yaitu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman_mati">hukuman mati</a>.</div>
<br />
<b>Agama </b><br />
<br />
<br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-g72pdd91me0/Tc4IO46j8VI/AAAAAAAAAEM/1vGJ3oVSXQk/s1600/toraja.jpg"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-g72pdd91me0/Tc4IO46j8VI/AAAAAAAAAEM/1vGJ3oVSXQk/s320/toraja.jpg" /></a><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sistem kepercayaan tradisional suku Toraja adalah kepercayaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Animisme">animisme</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Politeisme">politeistik</a> yang disebut aluk, atau "jalan" (kadang diterjemahkan sebagai "hukum"). Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, dewa pencipta. Alam semesta, menurut aluk, dibagi menjadi dunia atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah.Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan, pemisah, dan kemudian muncul cahaya. Hewan tinggal di dunia bawah yang dilambangkan dengan tempat berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh empat pilar, bumi adalah tempat bagi umat manusia, dan surga terletak di atas, ditutupi dengan atap berbetuk pelana. Dewa-dewa Toraja lainnya adalah Pong Banggai di Rante (dewa bumi), Indo' Ongon-Ongon (dewi gempa bumi), Pong Lalondong (dewa kematian), Indo' Belo Tumbang (dewi pengobatan), dan lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kekuasaan di bumi yang kata-kata dan tindakannya harus dipegang baik dalam kehidupan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian">pertanian</a> maupun dalam upacara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemakaman">pemakaman</a>, disebut to minaa (seorang pendeta aluk).Aluk bukan hanya sistem kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan dari hukum, agama, dan kebiasaaan. Aluk mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertanian, dan ritual keagamaan. Tata cara Aluk bisa berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Satu hukum yang umum adalah peraturan bahwa ritual kematian dan kehidupan harus dipisahkan. Suku Toraja percaya bahwa ritual kematian akan menghancurkan jenazah jika pelaksanaannya digabung dengan ritual kehidupan.Kedua ritual tersebut sama pentingnya. Ketika ada para<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Misionaris">misionaris</a> dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda">Belanda</a>, orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kristen">Kristen</a> Toraja tidak diperbolehkan menghadiri atau menjalankan ritual kehidupan, tetapi diizinkan melakukan ritual kematian. Akibatnya, ritual kematian masih sering dilakukan hingga saat ini, tetapi ritual kehidupan sudah mulai jarang dilaksanakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<h2>
<span style="font-size: small;">Kebudayaan</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon ("duduk").</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena Tongkonan melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/--XxO0kniEBo/Tc4GEhRoFRI/AAAAAAAAAEE/gWKdLfeNPB8/s1600/250px-Toraja_house.jpg"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/--XxO0kniEBo/Tc4GEhRoFRI/AAAAAAAAAEE/gWKdLfeNPB8/s1600/250px-Toraja_house.jpg" /></a></div>
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-HMlT3CtJuC8/Tc4GTFE3utI/AAAAAAAAAEI/hSl7L6ClH9E/s1600/250px-Toraja_house.jpg"><br /></a><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan dan biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan. Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat "pemerintahan". Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Adat">adat</a> dan tradisi lokal sedangkan anggota keluarga biasa tinggal di tongkonan batu. Eksklusifitas kaum bangsawan atas tongkonan semakin berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang mencari pekerjaan yang menguntungkan di daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa pun mampu membangun tongkonan yang besar.</div>
<br />
<i>Ukiran Kayu</i><br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-kouiLO-Rr-c/Tc4Jd6QLk6I/AAAAAAAAAEU/UJN_VcID880/s1600/250px-TorajaArt.JPG"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-kouiLO-Rr-c/Tc4Jd6QLk6I/AAAAAAAAAEU/UJN_VcID880/s1600/250px-TorajaArt.JPG" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan.Untuk menunjukkan kosep keagamaan dan sosial, suku Toraja membuat ukiran kayu dan menyebutnya Pa'ssura (atau "tulisan"). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ukiran">ukiran</a> memiliki nama khusus. Motifnya biasanya adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan">hewan</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman">tanaman</a> yang melambangkan kebajikan, contohnya tanaman air seperti <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gulma_air&action=edit&redlink=1">gulma air</a> dan hewan seperti<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepiting">kepiting</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kecebong">kecebong</a> yang melambangkan kesuburan. Gambar kiri memperlihatkan contoh ukiran kayu Toraja, terdiri atas 15 panel persegi. Panel tengah bawah melambangkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerbau">kerbau</a>atau kekayaan, sebagai harapan agar suatu keluarga memperoleh banyak kerbau. Panel tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua keturunan keluarga akan bahagia dan hidup dalam kedamaian, seperti barang-barang yang tersimpan dalam sebuah kotak. Kotak bagian kiri atas dan kanan atas melambangkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan">hewan</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Air">air</a>, menunjukkan kebutuhan untuk bergerak cepat dan bekerja keras, seperti hewan yang bergerak di permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan keahlian tertentu untuk menghasilkan hasil yang baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri umum dalam ukiran kayu Toraja (lihat desain tabel di bawah), selain itu ukiran kayu Toraja juga abstrak dan geometris. Alam sering digunakan sebagai dasar dari ornamen Toraja, karena alam penuh dengan abstraksi dan geometri yang teratur.Ornamen Toraja dipelajari dalam <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ethnomatematika&action=edit&redlink=1">ethnomatematika</a> dengan tujuan mengungkap struktur matematikanya meskipun suku Toraja membuat ukiran ini hanya berdasarkan taksiran mereka sendiri. Suku Toraja menggunakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bambu">bambu</a> untuk membuat oranamen geometris.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Upacara Pemakaman </span></h2>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsawan">bangsawan</a> yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Uang">uang</a> untuk menutupi biaya pemakaman. Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Akhirat">akhirat</a>). Dalam masa penungguan itu, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jenazah">jenazah</a> dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerbau">kerbau</a>. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Golok">golok</a>. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puyajika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Babi">babi</a> merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tebing">tebing</a>. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-pVaYSm_yu6c/Tc4LXXW2NrI/AAAAAAAAAEc/MD0yYpty0Yo/s1600/250px-Burial_Site_2.jpg"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-pVaYSm_yu6c/Tc4LXXW2NrI/AAAAAAAAAEc/MD0yYpty0Yo/s1600/250px-Burial_Site_2.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-qgSrp9UwbAI/Tc4LYhdEHtI/AAAAAAAAAEg/qZgPeWQAVwk/s1600/250px-Burial_Site_3.jpg"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-qgSrp9UwbAI/Tc4LYhdEHtI/AAAAAAAAAEg/qZgPeWQAVwk/s1600/250px-Burial_Site_3.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<div class="" style="clear: both; text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="text-align: left;">Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-aItU4CVSd1s/Tc4LVwmQzhI/AAAAAAAAAEY/JjlUHODOCGQ/s1600/baby-grave1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-aItU4CVSd1s/Tc4LVwmQzhI/AAAAAAAAAEY/JjlUHODOCGQ/s320/baby-grave1.jpg" style="cursor: move;" width="214" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Musik dan Tarian </b></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suku Toraja melakukan tarian dalam beberapa acara, kebanyakan dalam upacara penguburan. Mereka menari untuk menunjukkan rasa duka cita, dan untuk menghormati sekaligus menyemangati arwah almarhum karena sang arwah akan menjalani perjalanan panjang menuju akhirat. Pertama-tama, sekelompok pria membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu sepanjang malam untuk menghormati almarhum (ritual terseebut disebutMa'badong).Ritual tersebut dianggap sebagai komponen terpenting dalam upacara pemakaman.Pada hari kedua pemakaman, tarian prajurit Ma'randing ditampilkan untuk memuji keberanian almarhum semasa hidupnya. Beberapa orang pria melakukan tarian dengan pedang, prisai besar dari kulit kerbau, helm tanduk kerbau, dan berbagai ornamen lainnya. Tarian Ma'randing mengawali prosesi ketika jenazah dibawa dari lumbung padi menuju rante, tempat upacara pemakaman. Selama upacara, para perempuan dewasa melakukan tarian Ma'katia sambil bernyanyi dan mengenakan kostum baju berbulu. TarianMa'akatia bertujuan untuk mengingatkan hadirin pada kemurahan hati dan kesetiaan almarhum. Setelah penyembelihan kerbau dan babi, sekelompok anak lelaki dan perempuan bertepuk tangan sambil melakukan tarian ceria yang disebut Ma'dondan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-lRLRwvCi7iU/Tc4Ope8glnI/AAAAAAAAAEk/0vZrTCIW0QA/s1600/250px-Manganda_dance.jpg"><img border="0" height="215" src="http://4.bp.blogspot.com/-lRLRwvCi7iU/Tc4Ope8glnI/AAAAAAAAAEk/0vZrTCIW0QA/s320/250px-Manganda_dance.jpg" width="320" /></a><br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Seperti di masyarakat agraris lainnya, suku Toraja bernyanyi dan menari selama <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Musim">musim</a>panen. Tarian Ma'bugi dilakukan untuk merayakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Pengucapan_Syukur">Hari Pengucapan Syukur</a> dan tarianMa'gandangi ditampilkan ketika suku Toraja sedang menumbuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Beras">beras</a> Ada beberapa tarian perang, misalnya tarian Manimbong yang dilakukan oleh pria dan kemudian diikuti oleh tarian Ma'dandan oleh perempuan. Agama Aluk mengatur kapan dan bagaimana suku Toraja menari. Sebuah tarian yang disebut Ma'bua hanya bisa dilakukan 12 tahun sekali. Ma'buaadalah upacara Toraja yang penting ketika pemuka agama mengenakan kepala kerbau dan menari di sekeliling pohon suci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alat musik tradisional Toraja adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suling">suling</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bambu">bambu</a> yang disebut Pa'suling. Suling berlubang enam ini dimainkan pada banyak tarian, seperti pada tarian Ma'bondensan, ketika alat ini dimainkan bersama sekelompok pria yang menari dengan tidak berbaju dan berkuku jari panjang. Suku Toraja juga mempunyai alat musik lainnya, misalnya Pa'pelle yang dibuat dari<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daun">daun</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Palem">palem</a> dan dimainkan pada waktu panen dan ketika upacara pembukaan rumah.</div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Bahasa </span></h2>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana Toraja, dengan Sa'dan Toraja sebagai dialek bahasa yang utama. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia">Bahasa Indonesia</a> sebagai bahasa nasional adalah bahasa resmi dan digunakan oleh masyarakat,akan tetapi bahasa Toraja pun diajarkan di semua <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_dasar">sekolah dasar</a> di Tana Toraja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa">Ragam bahasa</a> di Toraja antara lain Kalumpang, Mamasa, Tae' , Talondo' , Toala' , danToraja-Sa'dan, dan termasuk dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa_Melayu-Polinesia">rumpun bahasa Melayu-Polinesia</a> dari bahasa<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rumpun_bahasa_Austronesia">Austronesia</a>. Pada mulanya, sifat geografis Tana Toraja yang terisolasi membentuk banyak dialek dalam bahasa Toraja itu sendiri. Setelah adanya pemerintahan resmi di Tana Toraja, beberapa dialek Toraja menjadi terpengaruh oleh bahasa lain melalui proses <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Transmigrasi">transmigrasi</a>, yang diperkenalkan sejak masa penjajahan. Hal itu adalah penyebab utama dari keragaman dalam bahasa Toraja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keragaman dalam bahasa Toraja</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Denominasi<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/ISO_639-3">ISO 639-3</a>Populasi (pada tahun)Dialek</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalumpang <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=ISO_639:k&action=edit&redlink=1">kli</a> 12,000 (1991) Karataun, Mablei, Mangki (E'da), Bone Hau (Ta'da).</div>
<div style="text-align: justify;">
Mamasa <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=ISO_639:m&action=edit&redlink=1">mqj</a> 100,000 (1991) Mamasa Utara, Mamasa tengah, Pattae' (Mamasa Selatan, Patta' Binuang, Binuang, Tae', Binuang-Paki-Batetanga-Anteapi)</div>
<div style="text-align: justify;">
Ta'e <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=ISO_639:r&action=edit&redlink=1">rob</a> 250,000 (1992) Rongkong, Luwu Timur Laut, Luwu Selatan, Bua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Talondo' <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=ISO_639:t&action=edit&redlink=1">tln</a> 500 (1986) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Toala' <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=ISO_639:t&action=edit&redlink=1">tlz</a> 30,000 (1983) Toala', Palili'.</div>
<div style="text-align: justify;">
Torajan-Sa'dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=ISO_639:s&action=edit&redlink=1">sda</a> 500,000 (1990) Makale (Tallulembangna), Rantepao (Kesu'), Toraja Barat (Toraja Barat, Mappa-Pana).</div>
<br />
<br />
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja#cite_note-gordon2005Toraja-29"></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Ciri yang menonjol dalam bahasa Toraja adalah gagasan tentang duka cita kematian. Pentingnya upacara kematian di Toraja telah membuat bahasa mereka dapat mengekspresikan perasaan duka cita dan proses berkabung dalam beberapa tingkatan yang rumit.Bahasa Toraja mempunyai banyak istilah untuk menunjukkan kesedihan, kerinduan, depresi, dan tekanan mental. Merupakan suatu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Katarsis">katarsis</a> bagi orang Toraja apabila dapat secara jelas menunjukkan pengaruh dari peristiwa kehilangan seseorang; hal tersebut kadang-kadang juga ditujukan untuk mengurangi penderitaan karena duka cita itu sendiri.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b>Ekonomi </b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sebelum masa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru">Orde Baru</a>, ekonomi Toraja bergantung pada pertanian dengan adanya<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Terasering&action=edit&redlink=1">terasering</a> di lereng-lereng gunung dan bahan makanan pendukungnya adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong">singkong</a> dan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung">jagung</a>. Banyak waktu dan tenaga dihabiskan suku Toraja untuk berternak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerbau">kerbau</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Babi">babi</a>, dan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ayam">ayam</a> yang dibutuhkan terutama untuk upacara pengorbanan dan sebagai makanan.Kopi Toraja. Satu-satunya industri pertanian di Toraja adalah pabrik kopi Jepang,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan dimulainya Orde Baru pada tahun 1965, ekonomi Indonesia mulai berkembang dan membuka diri pada investasi asing. Banyak perusahaan minyak dan pertambangan<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_multinasional">Multinasional</a> membuka usaha baru di Indonesia. Masyarakat Toraja, khususnya generasi muda, banyak yang berpindah untuk bekerja di perusahaan asing. Mereka pergi ke<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan">Kalimantan</a> untuk kayu dan minyak, ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Papua">Papua</a> untuk menambang, dan ke kota-kota di<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi">Sulawesi</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa">Jawa</a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Migrasi_manusia">Perpindahan</a> ini terjadi sampai tahun 1985.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ekonomi Toraja secara bertahap beralih menjadi pariwisata berawal pada tahun 1984. Antara tahun 1984 dan 1997, masyarakat Toraja memperoleh pendapatan dengan bekerja di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel">hotel</a>, menjadi pemandu wisata, atau menjual cinderamata. Timbulnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281998-sekarang%29">ketidakstabilan politik dan ekonomi Indonesia</a> pada akhir 1990-an (termasuk berbagai konflik agama di Sulawesi) telah menyebabkan pariwisata Toraja menurun secara drastis.</div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>Pendapat Saya :</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut saya, kebudayaan yang unik dari Suku Toraja adalah bagaimana pad saat proses pemakaman yang beda dari yang lainnya. pada suku lain kebudayaannya tentu yang menonjol adalah dari bidang lain namun pada suk toraja ini sangat unik sekali dan masih dijalankan dengan baik sekali secara turun-temurun walaupun pada zaman modern ini tidak mengenal adat seperti itu namun di toraja masih sangat kental sekali budaya mereka yang berbau mistis.</div>
<br />
<i>Sumber :<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja">http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Toraja</a></i><br />
<div class="post-body entry-content" style="background-color: #fcfcfc; font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; line-height: 18px; position: relative; width: 550px;">
</div>
</div>Ramba' Sa'dan AMUJAZhttp://www.blogger.com/profile/02270614391967266465noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6780577255623044831.post-19916965041216835712012-04-01T03:54:00.005+08:002012-04-01T04:17:43.283+08:00Budaya dan Sejarah Makassar: Rumah Panggung Bugis - Makassar<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-Yep7jB_3g6Q/T3df3EqSlZI/AAAAAAAAALk/o0_6_neXguU/s1600/balla-lompoa.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="color: yellow;"><img border="0" height="213" src="http://3.bp.blogspot.com/-Yep7jB_3g6Q/T3df3EqSlZI/AAAAAAAAALk/o0_6_neXguU/s320/balla-lompoa.jpg" width="320" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><span style="color: yellow;">Balla lompoa</span></i></td></tr>
</tbody></table>
Rumah panggung adalah rumah khas bagi masyarakat Bugis-Makassar. Warga Bugis-Makassar menyebutnya "rumah atas", Maksudnya rumah yang berdiri di atas-nya tanah (tidak langsung bersentuhan dengan tanah), tetapi disannga oleh tiang kayu.<span style="font-family: 'Courier New', Courier, monospace; font-size: large;"></span><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-rS-qe2Ub12Y/T3dgHD66EjI/AAAAAAAAALs/911r-Z8RK4s/s1600/makro+bugis.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="color: yellow;"><img border="0" height="219" src="http://2.bp.blogspot.com/-rS-qe2Ub12Y/T3dgHD66EjI/AAAAAAAAALs/911r-Z8RK4s/s320/makro+bugis.jpg" width="320" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><span style="color: yellow;">Makro Bugis</span></i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pada dasarnya rumah tradisionil Bugis dan Makassar bentuknya sama, Perbedaan hanya pada bagian-bagian tertentu, karena faktor aturan budaya. Misalnya bagian-bagian yang menjadi perlambangan keturunan/strata budaya sang pemilik rumah. Rumah keluarga Bangsawan memiliki perbedaan pada bagian tertentu, dengan rumah masyarakat dari kalangan umum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;"><i>Sumber:<a href="http://kasuwiyang9.blogspot.com/2011/05/rumah-panggung-bugis-makassar.html" style="color: yellow; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; line-height: 18px;">http://kasuwiyang9.blogspot.com/2011/05/rumah-panggung-bugis-makassar.html</a></i></span></div>
<span style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; line-height: 18px;">
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>Ramba' Sa'dan AMUJAZhttp://www.blogger.com/profile/02270614391967266465noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6780577255623044831.post-87396427965212763642012-03-28T18:10:00.000+08:002012-03-28T18:10:52.060+08:00Toraja Songs: Marendeng Marampa<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="344" src="http://www.youtube.com/embed/RHUbtesj-5c?fs=1" width="459"></iframe>Ramba' Sa'dan AMUJAZhttp://www.blogger.com/profile/02270614391967266465noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6780577255623044831.post-4643729969814060162012-03-27T11:39:00.002+08:002012-03-28T18:23:29.854+08:00History of Traditional House in South Sulawesi<br />
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br />
<br />
<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-flN7OsfQJAo/T3LiFq-83OI/AAAAAAAAAK8/G-pbKPZuCVQ/s1600/374955_1790392016502_1740682244_960981_1604852636_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="140" src="http://1.bp.blogspot.com/-flN7OsfQJAo/T3LiFq-83OI/AAAAAAAAAK8/G-pbKPZuCVQ/s320/374955_1790392016502_1740682244_960981_1604852636_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: blue;"><b>Toraja Traditional House</b></span></td></tr>
</tbody></table>
Dalam masyarakat tradisional Sulawesi Selatan, segala sesuatu yang menyangkut kehidupan masyarakat dilakukanmenurut adat istiadat, dengan demikian adat menjadi semacam pedoman dalam bertindak yang menguasai pola kehidupan masyarakat, baik dalam tingkah laku, maupun dalam tata cara membangun rumah di dalam lingkungan alam sekitarnya.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Tata cara pembuatan rumah dalam konsep arsitektur tradisional biasanya merujuk pesan, wasiat yang bersumber dari kepercayaan yang dianut, mulai dari pemilihan tempat, bentuk arsitekturnya, upacara ritual ketika membangun, sampai pada penentuan arah perletakan rumah.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Secara konsepsual arsitektur, masyarakat tradisional Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar) berangkat dari suatu pandangan hidup ontologis, memahami alam semesta secara universal. Filosofi hidup masyarakat tradisional Bugis Makassar yang disebut sulapa appa, menunjukkan upaya untuk menyempurnakan diri, filosofi ini menyatakan bahwa segala aspek kehidupan manusia barulah sempurna jika berbentuk segi empat, yang merupakan mitos asal kejadian manusia yang terdiri dari empat unsur, yaitu: tanah, air, api, dan angin.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-goAvcTkmabU/T3LiNjI-jQI/AAAAAAAAALM/78voasfCHQE/s1600/378917_1790387896399_1740682244_960977_2140041901_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" height="236" src="http://1.bp.blogspot.com/-goAvcTkmabU/T3LiNjI-jQI/AAAAAAAAALM/78voasfCHQE/s320/378917_1790387896399_1740682244_960977_2140041901_n.jpg" title="Rantepao_Sa'dan To'Barana" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: blue;"><b>To'Barana_Sa'dan</b></span></td></tr>
</tbody></table>
Bagi masyarakat tradisional Bugis Makassar yang berpikir secara fotolitas, rumah tradisional Bugis Makassar dipengaruhi oleh: Struktur kosmos, di mana alam terbagi atas tiga bagian yaitu alam atas sebagai tempat suci, alam tengah, sebagai tempat berlangsungnya kehidupan manusia, dan alam bawah, tempat terjadinya interaksi dengan lingkungan sekitar dan makhluk hidup lainnya.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosesi mendirikan rumah antara lain: meminta pertimbangan dari panrita bola untuk mencari tempat dan arah yang dianggap baik. Beberapa wasiat dalam hal menentukan arah rumah yaitu: sebaiknya menghadap kearah terbitnya matahari, menghadap kedataran tinggi, dan menghadap ke salah satu arah mata angin.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-YV8dPULd6sI/T3LiT0BtFOI/AAAAAAAAALU/HSpHH92m8cQ/s1600/381498_1790404496814_1740682244_961000_1123759951_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="http://2.bp.blogspot.com/-YV8dPULd6sI/T3LiT0BtFOI/AAAAAAAAALU/HSpHH92m8cQ/s320/381498_1790404496814_1740682244_961000_1123759951_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: blue;"><b>Ma'randing (Tarian Penyambutan Tamu)</b></span></td></tr>
</tbody></table>
Selain itu salah satu faktor pertimbangan lain yang perlu diperhitungkan adalah pemilihan waktu untuk mendirikan rumah. Adapun hari ataupun bulan yang baik biasanya ditentukan atas bantuan orang-orang yang memiliki kepandaian dalam hal memilih waktu.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Untuk pendirian rumah, biasanya didahului oleh upacara ritual, yang pada tahap selanjutnya secara berurutan mulai mendirikan rumah dengan mengerjakan tiang pusat rumah (posi'bola) terlebih dahulu, menyusul tiang tiang yang lain, hingga pekerjaan secara keseluruhan selesai dikerjakan.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Seperti kebanyakan rumah tradisional di Indonesia, rumah Bugis Makassar juga dipengaruhi oleh adanya strata sosial penghuninya. Rumah tradisional Bugis Makassar pada dasarnya yaitu sebagai berikut:</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
>>>Rumah Kaum Bangsawan Arung atau Karaeng. Untuk rumah bangsawan yang memegang jabatan, pada puncak rumah induk terdiri dari tiga atau lebih sambulayang /timpalaja. Jumlah tiang ke samping dan ke belakang 5 - 6 buah, sedang untuk bangsawan biasa jumlah tiang ke samping dan ke belakang 4 -5 tiang. 2. Rumah Orang Kebanyakan Tosama, terdiri dari 4 buah tiang kesamping dan kebelakang, puncak sambulayang/timpalaja hanya dua susun. 3. Rumah Hamba Sahaja Ata atau Suro, bentuk dengan ukuran yang lebih kecil, biasanya hanya tiga petak, dengan sambulayang/timpalaja yang polos. Pada umumnya rumah tradisional Bugis Makassar berbentuk panggung dengan penyangga dari tiang yang secara vertikal terdiri atas tiga bagian yaitu: Rakkeang/Pammakkang, terletak pada bagian atas, di sini melekat plafond tempat atap menaungi, penyimpanan padi sebagai lambang kehidupan dan tempat atribut adat disimpan.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Ale bola/kale balla, terletak pada bagian tengah, di mana sebuah tiang ditonjolkan di antara tiang tiang lainnya, yang terbagi atas beberapa petak dengan fungsinya masing-masing. Awaso/siring, terletak pada bagian bawah, sebagai tempat penyimpanan alat cocok tanam, ternak, alat bertukang dan lain lain. Sedang secara horisontal ruangan dalam rumah terbagi atas tiga bagian yaitu: Lontang ri saliweng/padaserang dallekang, letaknya di ruang bahagian depan. Lontang ri tengnga/padaserang tangnga, terletak di ruang bahagian tengah. Lontang ri laleng /padaserang riboko, terletak di ruang bahagian belakang.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Selain ruang ruang tersebut, masih ada lagi tambahan di bagian belakang annasuang atau appalluang, dan ruang samping yang memanjang pada bagian samping yang disebut tamping, serta ruang kecil di depan rumah yang disebut lego-lego atau paladang.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Ragam hias ornamen pada rumah tradisional Bugis dan Makassar merupakan salah satu bagian tersendiri dari bentuk dan corak rumah tradisional Bugis dan Makassar. Selain berfungsi sebagai hiasan, juga dapat berfungsi sebagai simbol status pemilik rumah. Ragam hias umumnya memiliki pola dasar yang bersumber dari alam flora dan fauna.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Ornamen corak tumbuhan, umumnya bermotifkan bunga/kembang, daun yang memiliki arti rejeki yang tidak putus putusnya, seperti menjalarnya bunga itu, di samping motif yang lainnya. Ornamen corak binatang, umumnya bentuk yang sering ditemukan adalah: kepala kerbau yang disimbolkan sebagai bumi yang subur, penunjuk jalan, bintang tunggangan dan status sosial. Bentuk naga yang diartikan simbol wanita yang sifatnya lemah lembut, kekuatan yang dahsyat. Bentuk ayam jantan yang diartikan sebagai keuletan dan keberanian, agar kehidupan dalam rumah senantiasa dalam keadaan baik dan membawa keberuntungan.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Ornamen corak alam, umumnya bermotifkan kaligrafi dari kebudayaan Islam. Penempatan ragam hias ornamen tersebutpada sambulayang/timpalaja, jendela, anjong, dan lain-lain. Penggunaan ragam hias ornamen tersebut menandakan bahwa derajat penghuninya tinggi.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Masyarakat tradisional Tana Toraja di dalam membangun rumah tradisionalnya mengacu pada kearifan budaya lokal (kosmologi) yaitu: Konsep pusar atau pusat rumah sebagai paduan antara kosmologi dan simbolisme. Dalam perspektif kosmologi, rumah merupakan mikrokosmos, bagian dari lingkungan makrokosmos. Pusat rumah meraga sebagai perapian di tengah rumah, ataupun atap menjulang menaungi ruang tengah rumah dan atap menyatu dengan father sky. Pusat rumah juga meraga sebagai tiang utama, seperti a'riri possi di Toraja, possi bola di Bugis, pocci balla di Makassar dan tiang menyatu dengan mother earth.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Pada masyarakat tradisional Toraja, dalam kehidupannya juga mengenal filosofi Aluk A'pa Oto'na yaitu empat dasar pandangan hidup: Kehidupan manusia, kehidupan alam leluhur Todolo, kemuliaan Tuhan, adat dan kebudayaan. Keempat filosofi ini menjadi dasar terbentuknya denah rumah toraja empat persegi panjang dengan dibatasi dinding yang melambangkan badan atau kekuasaan. Dalam kehidupan masyarakat toraja lebih percaya akan kekuatan sendiri, egocentrum. Hal ini yang tercermin pada konsep arsitektur rumah mereka dengan ruang-ruang agak tertutup dengan bukaan yang sempit.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Selain itu konsep arsitektur tradisional Toraja, banyak dipengaruhi oleh ethos budaya simuane tallang atau filosofi harmonisasi dua belahan bambu yang saling terselungkup sebagaimana cara pemasangan belahan bambu pada atap rumah adat dan lumbung. Harmonisasi didapati dalam konsep arsitektur tongkonan yang menginteraksikan secara keseluruhan komponen tongkonan seperti: rumah, lumbung, sawah, kombong, rante dan liang, di dalam satu sistem kehidupan dan penghidupan orang Toraja didalam area tongkonan. Selain itu, makro dan mikro kosmos tetap terpelihara didalam tatanan kehidupan masyarakat tradisional Toraja, dimana rumah dianggap sebagai mikro kosmos.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px; text-align: justify;">
Tata letak rumah tongkonan berorientasi utara-selatan, bagian depan rumah harus berorientasi utara atau arah Puang Matua Ulunna langi dan bagian belakang rumah ke selatan atau arah tempat roh-roh Pollo'na Langi. Sedangkan kedua arah mata angin lainnya mempunyai arti kehidupan dan pemeliharaan, pada arah timur di mana para dea "dewata" memelihara dunia beserta isinya ciptaan Puang Mutua untuk memberi kehidupan bagi manusia, dan arah barat adalah tempat bersemayam To Membali Puang atau tempat para leluhur todolo. Atau selalu ada keseimbangan hidup di dunia dan akhirat. Kesemuanya ini diterjemahkan menjadi satu kata sederhana yaitu keseimbangan dan secara arsitektural keseimbangan selalu diaplikasikan ke dalam bentuk simetris pada bangunan. Dari sini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa prinsip dasar arsitektur tradisional Toraja adalah simetris, keterikatan, dan berorientasi.</div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'lucida grande',tahoma,verdana,arial,sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px;">
</div>
<div style="padding: 0px;">
Tongkonan.</div>
<div style="padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-Vb-fHa6D-qc/T3EUbEnXQ3I/AAAAAAAAAJ8/OfdMFesOKnM/s1600/po.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/-Vb-fHa6D-qc/T3EUbEnXQ3I/AAAAAAAAAJ8/OfdMFesOKnM/s200/po.jpg" width="152" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: white; color: blue;"><b>Kandean Dulang_Rantepao</b></span></td></tr>
</tbody></table>
>>> Tongkonan, rumah adat Toraja adalah bangunan yang sangat besar artinya, karena peranannya yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Toraja. Tongkonan dalam fungsinya terbagi menjadi 4 macam tingkatan yaitu: Tongkonan layuk, kedudukannya sebagai rumah tempat membuat peraturan adat istiadat. Tongkonan pokamberan/pokaindoran, yaitu rumah adat yang merupakan tempat melaksanakan aturan dan perintah adat dalam suatu masalah daerah. Tongkonan batu a'riri, yaitu tongkonan yang tidak mempunyai peranan dan fungsi sebagai tempat persatuan dan pembinaan keluarga dari keturunan pertama tongkonan itu, serta tempat pembinaan warisan, jadi mempunyai arti sebagai tiang batu keluarga.</div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-yqiQBFKaPxk/T3LiKS6AOwI/AAAAAAAAALE/e2foJoaIock/s1600/381498_1790404616817_1740682244_961003_543331671_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="http://3.bp.blogspot.com/-yqiQBFKaPxk/T3LiKS6AOwI/AAAAAAAAALE/e2foJoaIock/s320/381498_1790404616817_1740682244_961003_543331671_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b style="background-color: white;"><span style="color: blue;">RANTEPAO City</span></b></td></tr>
</tbody></table>
>>> Tongkonan Pa'rapuan, fungsinya sama dengan tongkonan batu a'riri tetapi semua bangunan rumah adat Toraja mempunyai peranan dan fungsi tertentu, fungsi fungsi tersebut tidak akan berubah sepanjang letak dari bangunan itu tidak berubah yaitu atap menghadap keutara sebagai orientasi bangunan. Faktor inilah yang menyebabkan konstruksi dan arsitektur bangunan tetap sebagai dasar perancangan tongkonan, karena adanya hubungan pandangan keyakinan yang kuat dan tidak dapat dipisahkan dari bangunan.</div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-v-KesBOPBE8/T3Lia6BwTHI/AAAAAAAAALc/1sBnLHd8FTg/s1600/374955_1790392056503_1740682244_960982_815328776_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="253" src="http://1.bp.blogspot.com/-v-KesBOPBE8/T3Lia6BwTHI/AAAAAAAAALc/1sBnLHd8FTg/s320/374955_1790392056503_1740682244_960982_815328776_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: blue;"><b>Kerbau Saleko</b></span></td></tr>
</tbody></table>
Bagian bagian dari rumah adat Toraja pulalah yang menentukan struktur arsitekturnya antara lain, rumah adat Toraja dibagi atas dua bagian besar yaitu dengan menarik garis besar dari utara ke selatan yang dibedakan dengan nama Kale banua matallo dan Kale banua matumpu' yaitu bagian rumah sebelah timur dan bagian rumah sebelah barat. Perkembangan arsitektur tradisional dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: waktu, pengaruh budaya luar, pola hidup, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dari masa lampau hingga masa kini ada empat masa perkembangannya yang dapat ditelusuri yaitu: Masa arsitektur tradisional, masa arsitektur klassik, masa arsitektur modern, serta masa arsitektur post modern. Masa arsitektur tradisional: pada masa ini budaya asli dan pola hidup masyarakat tradisional berkembang didalam masyarakat tanpa ada pengaruh luar, Arsitektur Tradisional merupakan pilihan satu satunya. Secara tradisi, bangunan hanya berfungsi sebagai rumah tinggal ataupun sebagai tempat bermukim keluarga.</div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
Arsitektur tradisional sangat dipengaruhi oleh keadaan dan potensi alam sekitarnya yang menjadi motif utama pemberi corak arsitektur tradisional. Terutama pengaruh iklim, curah hujan, tumbuh-tumbuhan yang dipakai sebagai bahan bangunan dan batu batuan. Arsitektur tradisional Toraja misalnya, mempunyai sudut kemiringan atap yang tajam karena curah hujan besar. Bambu dipakai sebagai atap dan plafound karena hutan bambu banyak di Tana Toraja, begitupun halnya bahan kayu yang dipakai sebagai tiang dan dinding. Perihal ragam hias ornamen yang didapati banyak memberi warna arsitektur tradisional Sulawesi Selatan, dipakai menghiasi dinding dan tiang sesuai tradisi masing masing etnis. Ornamen dipakai sebagai ungkapan arti simbol simbol suatu benda yang dianggap mempunyai arti dalam penghidupan dan kehidupan masyarakat tradisional etnis bersangkutan.</div>
<div style="padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="padding: 0px; text-align: justify;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-NFpemaQW_as/T3ES9aDVOZI/AAAAAAAAAJw/GIe--1jKiF8/s1600/Ramba%27+Muel.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="226" src="http://3.bp.blogspot.com/-NFpemaQW_as/T3ES9aDVOZI/AAAAAAAAAJw/GIe--1jKiF8/s400/Ramba%27+Muel.jpg" width="400" /></a> Gaya arsitektur tradisional yang beranekaragam di Indonesia diperkirakan akan menjadi sumber inspirasi utama dalam gaya post-modern ini. Beberapa arsitektur modern masa kini dirancang dan dibangun dengan mengawinkannya dengan unsur-unsur arsitektur tradisional, tetapi terkadang unsur tradisional itu sendiri, manjadi rancu akibat dari perbedaan prinsip dasar, filosofi, konsep, aktifitas, bentuk, dan bahan bangunan. Masalah lain akan timbul bila dua macam atau lebih arsitektur tradisional yang berbeda disatukan di dalam satu gubahan arsitektur, seperti Toraja dengan Bugis, Toraja dengan Bali, Toraja dengan Jawa, dan kombinasi lainnya. Meskipun demikian arsitektur tradisional masih memiliki dan menampilkan persamaan yaitu: unsur vertikal dan horisontal. Bahkan kedua unsur ini dpat ditemukan pada seluruh arsitektur tradisional di Indonesia.</div>
<br />Ramba' Sa'dan AMUJAZhttp://www.blogger.com/profile/02270614391967266465noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6780577255623044831.post-5969321425758844492012-03-27T08:19:00.001+08:002012-03-27T08:19:59.913+08:00Toraja 1920 sampai 1947<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="344" src="http://www.youtube.com/embed/pc1O7JZDfbM?fs=1" width="459"></iframe>Ramba' Sa'dan AMUJAZhttp://www.blogger.com/profile/02270614391967266465noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6780577255623044831.post-90983939171848601912012-03-27T07:23:00.001+08:002012-03-27T07:58:36.654+08:00BUDAYA & RITUAL ADAT TORAJA<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-c-ZA2Y6wGTE/T3D1wRv9EGI/AAAAAAAAAII/9YAkmS4GVWQ/s1600/CIMG2748.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://2.bp.blogspot.com/-c-ZA2Y6wGTE/T3D1wRv9EGI/AAAAAAAAAII/9YAkmS4GVWQ/s400/CIMG2748.JPG" width="400" /></a></div>
<b><br /></b><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black;"><span style="color: blue;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; text-align: left;"><i><b>Kebudayaan lokal Tana Toraja tidak dapat dipisahkan dengan istilah Siri'. Bagi suku Toraja pada hakikatnya Siri' sama dengan harga diri sebagai manusia.</b></i></span></span><span style="font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; text-align: left;"><i><span style="font-size: x-small;"><b>Istilah ini sering dihubungkan dengan penggarisan leluhur, Aluk Sola Pamali. Penggarisan ini menggambarkan jika seseorang yang tidak mempedulikan Siri Tuo atau Siri Mate artinya tidak menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, tidak menjunjung tinggi hakekat hidup dan kehidupan.</b></span></i></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; line-height: 16px; text-align: left;"><i><span style="color: blue; font-size: x-small;"><b><br /></b></span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini dikemukakan Dosen Sastra Unhas, Prof Dr C Salombe, dalam sebuah buku berjudul Siri' dan Passe'. "Siri juga dijadikan pandangan hidup yang tersimpan dan ditemukan dalam mitos-mitos mereka. Seperti dalam nyanyian pujaan uang diucapkan seorang Tominaa (petugas ahli adat istiadat tradisional)," tambahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pandangan itu juga tertuang dalam upacara sukuran tradisional sebelum menyembelih hewan kurban, seperti dalam upacara pasomba tedong. Dalam upacara ini dijelaskan leluhur manusia, hewan, tumbuhan, dan benda alam liannya diciptakan sang puang matua dari dalam 'Sauan Sibarrung' (embusan kembar). "Setelah penciptaan itu, atas kehendak masing-masing dan direstui oleh Puang Matuang, maka leluhur hewan, tumbuhan, dan benda alam lainnya memilih jaln hidupnya sendiri-sendiri demi tanggungjawabnya terhadap kesejahteraan bersama," ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun perpihan itu tidak membuat mereka tidak saling bekerjasama. Keberadaan dan kehadiran manusia, hewan, tumbuhan, dan benda alam lainnya ada untaian solidaritas gotong royong kekerabatan di antara mereka. Dalam kacamata pandangan hidup suku Toraja, solidarita itu dapat dikatakan sebagai semangat atau tindakan mengabdikan diri seutuhnya dan setulus-tulusnya kepada kesejahteraan bersama.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hal ini tergambar secara verbal dalam mitos Takkebuku leluhur padi. Kesadaran dan kesdiaan berkorban dengan tulus dan ikhlas untuk sesama harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan sebagai sesuatu yang mutlak. Bahkan harus dipandang sebagai satu-satunya jalan hidup setiap makhluk demi kesejahteraan bersama," katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari gambaran pandangan hidup masyarakat tradisional Toraja tersebut, harkat dan martabat seseorang dapat dilihat dan diukur dengan tingkat semangat dan usahanya. Menyatukan dirinya dengan untaian solidaritas gotong royong kekerabatan. "Rasa egoisme dapat terlihat jika seseorang acuh tak acuh terhadap jenazah seseorang anggota keluarga untuk menguburkan dengan wajar sesuai tradisi. Sifat ini mencerminkan seseorang tidak menjungjung tinggi harkat dan martabat, baik yang meninggal maupun keluarga, bahkan menjadi penghianat untaian solidaritas tersebut," jelasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika siri' telah tertanam dalam diri pribadi seseorang, tambahnya, maka setiap ada keluarga yang meninggal dunia, semua masyarakat akan berbondong-bondong datang berbelasungkawa dan dan saling bergotong royong melaksanakan upacara penguburan jenazah. Saat penguburan pun akan terlihat kerjasama mengorbankan hewan dan harta benda yang mungkin akan terkesan pemborosan bagi orang lain.</div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="background-color: black; color: red; font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><span style="line-height: 16px; text-align: left;"><i>Begitu pula saat terjadi hubungan seksual tidak sah, menikahi saudara kandung atau hubungan seksual antara orang tua dengan anaknya, juga termasuk melanggar siri'. Pelanggaran ini menunjukkan tidakan tidak setia dengan solidaritas gotong royong kekerabatan alam semesta dan rumpun keluarga sebagai satu ekosistem. "Dalam tradisi Tana Toraja, bagi orang yang tidak setia terhadap solidaritas itu akan mendapat hukuman berat. Seperti mebakas hangus para pelakunya atau menenggalmkannya ke dalam palung sungai. Bahkan membakar hewan atau pakaian para pelaku. Jika tidak dilakukan, menurut mereka, malapetaka akan melanda kampung mereka, baik bagi keluarga maupun kesejahteraan bersama," (ONE ZERO Civil Engineering UNHAS)</i></span><i> .</i></span></h4>
<div>
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b style="background-color: black;">PROSES ACARA DALAM ADAT KEMATIAN</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dz1FPkzD43_2JcA7CmisUWRPOqESg24A8h2raw3LhMS3nA8RUUo0RGP5W-d14o4ab-9U7dQK32R48rjasMA4w' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: left;">
<b><span style="font-size: x-small;">Adapun proses umum dalam acara kematian dan Rambu Solo' adalah sebagai berikut :</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: black; color: red;">1. Ma’dio’ Tomate,</span> yaitu orang yang baru mati lalu diberi pakaian kebesarannya dan perhiasan pusaka yang dihadiri oleh keluarga. Pada saat itu dipotong seekor kerbau atau babi bagi Tana’ Bulaan dan Tana’ Bassi, dan dagingnya dibagikan kepada keluarga yang hadir. Mulai saat itu sampai pelaksanaan upacara Rambu Solo' jenasah masih dianggap orang sakit atau <em>To Makula’</em>.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: black;"><span style="color: red;">2. Ma’doya,</span></span><span style="color: blue;"> </span>yaitu sebagai acara pertama dalam Rambu Solo' yang dikatakan Mangremba’ dengan sajian seekor ayam yang disembelih dengan memukulkan kepala ayam. Saat itu jenasah sudah dianggap orang mati atau <em>Tomate</em></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: black; color: red;">3. Ma’balun,</span> yaitu jenasah dibungkus dengan kain kafan (Dibalun) karena baru dianggap sebagai orang mati. Bungkusan mayat berbentuk bulatan dan yang membungkus mayat adalah petugas khusus yang dinamakan <em>To Mebalun</em> atau <em>To Ma’kayo</em></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: black; color: red;">4. Ma’bolong,</span><span style="color: blue;"> </span>dimana secara resmi keluarga dinyatakan Maro’</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: black;"><span style="color: red;">5. Meaa,</span></span><span style="color: blue;"> </span>yaitu proses pengantaran jenasah ke liang kubur yang sejalan pula dengan Ma’palao sampai mayat dimasukkan de dalam liang yang disebut Ma’peliang.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: black; color: red;">6. Kumande,</span> yaitu acara dimana orang Maro’ sudah boleh makan nasi. Rentetan acara Kumande ini adalah Ussolan Bombo atau manglekan.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: black; color: red;">7. Untoe Sero,</span> yaitu satu acara dengan kurban mengakhiri upacara Rambu Solo' dan dilakukan di liang yang maksudnya hubungan antara yang mati dengan orang hidup tidak ada lagi.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: black; color: red;">8. Membase (membersihkan),</span> yaitu upacara dari keluarga yang baru selesai mengadakan Rambu Solo' dengan mengadakan kurban di atas Tongkonan yang maksudnya sudah lepas dari ritual Rambu Solo' dan sudah boleh melakukan Rambu Tuka'.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;"><span style="background-color: black; color: red;">9. Pembalikan Tomate, </span>yaitu menempatklan arwah menjadi Tomembali Puang</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: x-small;">Semua proses di atas adalah proses umum pada Rambu Solo' namun setiap daerah adat mempunyai cara atau penambahan tersendiri. Upacara khusus yang merupakan upacara yang tidak mengikat waktu dan keharusan adalah <em>Ma’nene’</em> yaitu upacara peringatan arwah leluhur atau Tomembali Puang saat keluarga mendapat berkat. Upacara ini berbeda-beda untuk tiap daerah adat tetapi maksud dan tujuannya sama.</span></b></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="color: blue;"><br /></span><br />
<span style="color: blue;">UMPOYA ANGIN & MANGRAMBU TAMPAK BELUAK</span></div>
<div style="text-align: -webkit-auto;">
<span style="text-align: justify;"> Umpoya angin (memukat angin) dan mangrambu tampak beluak (mengupacarakan sisa/ujung rambut) adalah upacara Rambu Solo' menurut Aluk Todolo tanpa jenazah tetapi hanya dengan membungkus angin atau ujung kuku / rambut. Ini dilakukan jika orang yang akan diupacarakan ternyata meninggal di luar daerah dan orang hanya membawa berita kematiannya atau hanya ujung rambut atau kukunya.Menurut Aluk Todolo setiap orang yang mati harus diupacarakan agar arwahnya dapat diterima sebagai arwah yang baik di Puya dan dapat menjadi Tomembali Puang yang memperhatikan keturunannya.Oleh karena kewajiban daripada arwah serta keyakinan dalam Aluk Todolo, maka orang yang mati di luar daerahnya dapat diupacarakan dengan cara yang wajar sesuai dengan cara tertentu, namun mayatnya tidak diketahui tempatnya. Upacara untuk orang demikian ada 2 yaitu</span><em style="text-align: justify;"> :</em></div>
<ol style="padding-bottom: 0px; padding-left: 25px; padding-right: 10px; padding-top: 0px;">
<li style="text-align: justify;"><em><span style="color: blue;">Di poyan angin</span><span style="color: #333333;">,</span></em><span style="color: #333333;"> </span>yaitu jika seseorang yang meninggal dan jasadnya tidak didapatkan atau tidak diketahui dimana letak jenasahnya, sehingga tidak didapatkan ujung rambut atau ujung kukunya ataupun pakaiannya, terutama orang yang tenggelam di laut, hilang di dalam hutan, maka orang yang mati itu harus diupacarakan dengan Upacara Dipoyang Angin yaitu seluruh keluarga dari yang mati pergi ke puncak gunung dan membawa sebuah sarung yang baru untuk memukat angain dengan sarung tersebut.<em> </em>Cara memukat angin ini adalah salah satu ujung sarung diikat kemudian diarahkan ke arah datangnya angin. Angin yang membuat sarung menggembung akan ditangisi oleh perempuan dan segera para pria akan mengikat ujung yang masih terbuka sehingga sarung akan terisi angin yang menggembung.Pada saat itu diyakinkan bahwa nyawa dan roh dari yang mati telah masuk ke dalam sarung tadi, dimana kemudian sarung yang berisi angin tersebut dibawa ke Tongkonan untuk selanjutnya dibungkus menyerupai bundaran <em>balun</em> dan dianggap sebagai jenasah dari orang yang mati. Replika jenasah ini kemudian diupacarakan sesuai dengan kasta dari orang yang mati. Pada umumnya Upacara Dipoyan Angin dilaksanakan dengan upacara dipasangbongi namun dengan memotong kerbau lebih dari satu ekor dimana kulit (balulang) salah satu kerbau yang dipotong itu tidak boleh dilepas tetapi diiris bersama dengan dagingnya.Kemudian Tominaa mengucapkan untaian kata dari atas menara daging (Bala’kayan Duku’) yang mengungkapkan kesetiaan dari keluarganya serta kematian dari si mati dan diyakini bahwa arwahnya dapat diterima dengan wajar di alam baka atau Puya. </li>
<li style="text-align: justify;"><span style="color: blue;">Upacara<em> Mangrambu Tampak Beluak</em></span>, yaitu suatu upacara pemakaman dimana hanya ujung rambut atau kuku dan pakaian dari jenasah yang dibungkus, sedangkan jenasahnya dikuburkan jauh dari negerinya. Menurut keyakinan Aluk Todolo bahwa dengan adanya ujung rambut atau kuku, maka hal itu sama dengan jenasah aslinya dan diupacarakan sesuai dengan tingkatan kasta dari orang yang mati tersebut.Sering juga pihak keluarga pergi mengambil jenasah itu dengan menggali tulang belulang jenasah dan dibawa ke negerinya untuk diupacarakan. Pada saat menggali tulang belulang tersebut yang dinamakan Mangkaro batang Rabuk, maka harus diganti dengan menguburkan satu ekor hewan yang biasanya ayam atau babi.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dengan memperhatikan pemakaman cara demikian di atas bahwa menurut keyakinan Aluk Todolo, setiap manusia harus diupacarakan kematiannya atau pemakamannya sekalipun jenasah tidak ada. Hal ini karena menurut Aluk Todolo, setelah manusia meninggal maka rohnya akan menjadi Tomembali Puang yang akan memberi berkat kepada keturunannya.</div>
<div style="color: #333333; text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ADAT MA' BARATA (PENGURBANAN MANUSIA) DALAM UPACARA RAMBU SOLO' DI TANA TORAJA</span><strong style="color: blue; font-size: 11px;"> </strong><strong style="color: blue; font-size: 11px;"> </strong><span style="color: blue; font-size: 11px;"> </span></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwCZuS8KIbtUBRw-4gI3fknuZvnsXraxs9ufAvD-PA5D-fBmuA-UPyfU5KA0ofA22LMxn57svRsHdkK7weVhw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="color: blue; font-size: 11px;"> </span><span style="font-size: x-small;"><span style="color: blue;"> </span> Adat <em>Ma’ Barata</em> (pengurbanan manusia) pada upacara Rambu Solo’ yang masih berlaku sampai masuknya Pemerintah Kolonial Belanda, adalah salah satu adat yang diadakan sebagai penghormatan serta sebagai tanda kepahlawanan/keberanian dari seorang bangsawan atau pahlawan dalam perang Topadatindo dan perang saudara pada permulaan abad ke-17. adat Ma’ Barata Bulan bukanlah aluk dalam Aluk Todolo, tetapi hanya sebagai adat sehingga dilarang sejak masuknya Belanda.</span></h2>
<div style="color: #333333; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adat Ma’ Barata ini hanya sebagai :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Tanda penghormatan kepada seseorang pahlawan yang telah mempertahankan kedaulatan negerinya dan kehormatan keluarganya serta masyarakatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.Tanda penghormatan kepada seseorang yang mati dalam peperangan terutana dalam perang saudara dahulu di Toraja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3.Tanda penghormatan kepada seseorang yang berjasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adat Ma’ Barata ini hanya dilakukan pada upacara Rapasan, dan seorang yang menjadi kurban Barata diikat tangannya dan ditambatkan pada <em>Simbuang Batu</em> (batu tugu peringatan pada ups Rapasan yang berdiri di tengan Rante), menunggu saatnya dipancung. Kurban Barata ini boleh saja laki – laki atau wanita yang ditangkap saat perang atau jika tidak ada perang maka ditangkap dengan cara Mangaun (mengintip untuk menangkap) dari orang – orang yang telah disepakati oleh para Topadatindo. Menurut kesepakatan Topadatindo yang dipegang oleh penerusnya, yang menjadi korban Barata adalah tawanan dalam perang atau orang – orang yang tidak ikut dalam persatuan melawan Arung Palakka ( <em>To Ribang La’bo’, To Simpo Mataran</em>) yang berasal dari daerah <strong><em>Karunanga</em></strong>, suatu daerah yang terletak di bagian utara pegunungan Toraja. Orang – orang inilah yang selalu menjadi buronan pada setiap saat adanya rencana adat Barata, itupun melalui pertarungan karena orang yang diburu selalu mengadakan perlawanan dengan mati-matian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena sering terjadi perkelahian yang hebat dalam menangkap Kurban Barat, maka sering Kurban Barata itu tak dapat ditangkap dengan hidup-hidup dan kurbannya ditangkap dengan mati, terpaksalah hanya mengambil kepala dari pada kurban itu dan dibawah ketempat Upacara Pemakaman sebagai tanda bahwa orang yang mati ini sudah dikurbankan Manusia untuknya sebagai tanda peranannya dimasyarakat pada masa hidupnya. Orang yang diupacarakan dengan adanya Kurban Barata ini dinamakan <em>To di Pa’barataan</em>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini masih ada tongkonan-tongkonan yang berkuasa di Tana Toraja yang menyimpan Kepala/tengkorak Manusia yaitu tengkorak manusia Kurban Barata atau kepala yang dirampas dalam perang saudara di Tana Toraja, sebagai tanda bahwa turunan dari tongkonan ini adalah turunan pemberani serta turunannya dahulu ada yang dimakamkan dengan upacara adat Barata dan Tongkonan itu merupakan Tongkonan Penguasa yang Pemberani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="color: blue;">*Kata kunci:</span></strong><span style="color: #333333;"> </span><span style="color: blue;"><i>simbuang, rambu solo', korban, adat, toraja</i></span></div>
<br />Ramba' Sa'dan AMUJAZhttp://www.blogger.com/profile/02270614391967266465noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6780577255623044831.post-51213451827212710212012-03-27T04:55:00.000+08:002012-04-07T10:13:58.959+08:00South Sulawei Tourism<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><span style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><a href="http://www.blogger.com/goog_1856137761"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-BtRtWO7ef0s/T3DXf0dF2SI/AAAAAAAAAG8/sstRJTlfInw/s1600/banner-south-sulawesi-tourism-3.png" /></a></span></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="http://www.blogger.com/%3Cimg%20class=%22expando%22%20border=%220%22%20src=%22http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6780577255623044831#editor/target=post;postID=5121345182721271021" width="75" height="75">">Visit South Sulawesi 2012</a></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> “Visit South Sulawesi 2012”, sesuai dengan namanya dibentuk sebagai wadah untuk menampung kepentingan -kepentingan yang berkenaan dengan Pariwisata Sulawesi Selatan. Dengan adanya wadah ini maka diharapkan ikatan emosional, kekeluargaan, dan solidaritas antar Masyarakat Sulawesi Selatan Yang Tersebar di berbagai tempat tetap terjaga dengan baik,melalui event “Visit South Sulawesi 2012” yg di selenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bekerja sama dengan CV.Mandasini Putra Utama. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Dengan kata lain, “Visit South Sulawesi 2012” hadir sebagai media komunikasi yang mampu menyatukan dan menarik simpati para Wisatawan dalam negeri terutama wisatawan Mancanegara. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> Seiring perjalanan waktu, Provinsi Sulawesi Selatan telah tumbuh semakin besar dan berbanding lurus dengan Modernisasi Zaman. Banyak hal telah dilakukan untuk menunjukkan eksistensi dan kualitasnya. Oleh karena itu, demi memajukan Sulawesi Selatan menjadi lebih baik, diperlukan suatu Inovasi yaitu melalui event “Visit South Sulawesi 2012”. Jalinan komunikasi dan interaksi antar masyarakat Sulwesi Selatan yang akhir-akhir ini dirasa mulai merenggang harus segera dieratkan kembali melalui event ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Ramba' Sa'dan AMUJAZhttp://www.blogger.com/profile/02270614391967266465noreply@blogger.com0